Halpertama yang kita puasakan adalah perut. Namun, puasa perut bukan sekedar mempuasakannya dari lapar dan dahaga. Meskipun ada makanan dan minuman halal, kita tidak akan memakan dan meminumnya saat puasa. Apalagi jika makanan dan minuman itu haram. Dari puasa Ramadhan, kita belajar untuk mempuasakan perut kita.
TIAP kali memasuki Ramadhan kita merasakan “naluri beragama” gharizatu at-tadayyun kita meningkat, terasa kuat, seiring gambaran suasana Islami yang akan mengitari kita selama sebulan penuh. Setiap Muslim sangat menantikan datangnya Ramadhan, meski hampir selalu saja terjadi kontroversi atau perbedaan pendapat soal kepastian awal Ramadhan. Dipastikan, melihat suasana Ramadhan sebelumnya, suasana Islami akan terjadi di sekitar kita. Masjid-masjid dipenuhi jamaah taraweh, pengajian, dan acara-acara keislaman lainnya. Sungguh, keislaman kaum Muslim terasa dan terlihat pada bulan Ramadhan. Kewajiban kita sebagai kaum Muslim sebenarnya cuma satu selama Ramadhan, yakni berpuasa –menahan diri dari makan, minum, dan berhubungan badan suami-istri— sejak imsak atau jelang terbit fajar masuk waktu shalat Subuh hingga terbenam matahari masuk waktu shalat Magrib. Namun, mengingat Ramadhan merupakan bulan penuh berkah dan ampunan Allah SWT, pahala ibadah dilipatgandakan, dan Allah SWT menjanjikan “siapa berpuasa penuh keimanan dan keikhlasan akan diampuni dosanya yang telah lalu dan menemukan dirinya kembali suci pada akhir Ramadhan”, maka kita merasa tidak cukup, merasa tidak puas, dengan hanya “sekadar” berpuasa pada bulan Ramadhan itu. Kita ingin melakukan ibadah ekstra, seperti ibadah “khas” Ramadhan lainnya yang sifatnya sunah –tarawih—plus tadarus atau membaca Al-Quran, belajar atau mendalami Islam, mengikuti ceramah tarawih, ceramah Subuh, bersedekah, dan sebagainya. Pada sepuluh malam terakhir Ramadhan, yaitu malam tanggal-tanggal ganjil 21, 23, 25, 27, 29, kita “berburu” menemukan satu malam “khoirun min alfi syahrin”, lebih baik dari seribu bulan, yakni Lailatul Qodar Malam Penentuan. Ibadah pada malam itu bernilai seribu bulan ibadah! Subhanallah. Rasulullah Saw pun mengajarkan dan memberi teladan i’tikaf, berdiam diri di masjid untuk khusyu’ beribadah kepada Allah, demi menemukan Lailatul Qodar. “Carilah Lailatul Qodar pada malam-malam yang ganjil pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan” HR. Bukhari. RAMADHAN memang bulan istimewa. Ramadhan juga bulan kemenangan umat Islam. Sejarah Islam menunjukkan, mayoritas kemenangan umat Islam dalam sejumlah peperangan dan medan dakwah, terjadi pada bulan Ramadhan –mulai dari Perang Badar hingga Perang Oktober Arab-Israel 1973. Faktor utamanya, karena Allah SWT “turun tangan” menolong kaum Muslimin untuk mengatasi berbagai rintangan dakwah dan jihad, disebabkan kedekatan kaum Muslimin dengan-Nya selama Ramadhan. Keistimewan bulan Ramadhan, jika kita rinci, antara lain Bulan Diturunkan Al-Quran. “Bulan Ramadhan, bulan diturunkannya al-Quran sebagai petunjuk bagi sekalian manusia dan membawa keterangan yang menjelaskan petunjuk dan perbedaan antara yang benar dengan yang salah” QS. Al-Baqarah 185. Pintu Syurga Terbuka Luas. “Apabila datang bulan Ramadan, pintu-pintu syurga akan dibuka” HR. Bukhari. Pintu Rahmat Terbuka Luas. “Apabila tiba bulan Ramadhan, maka dibuka pintu-pintu rahmat” HR. Muslim. Pintu Langit Terbuka Luas. Amal ibadah, utamanya puasa, langsung sampai kepada Allah SWT. “Bila masuk bulan Ramadan, pintu-pintu langit dibuka” HR. Bukhari. Pintu-Pintu Neraka Tertutup Rapat. “Apabila masuk bulan Ramadan, pintu-pintu langit dibuka dan pintu-pintu neraka jahanam ditutup” HR. Bukhari. Setan dan Jin Dirantai. “Bila tiba malam pertama bulan Ramadan, setan-setan dibelenggu juga jin yang derhaka” HR. Tirmizi. Maka, jika ada manusia yang tetap saja melakukan maksiat atau kejahatan pada bulan Ramadhan, semata-mata karena akhlak atau perangainya yang busuk dan menjadi budak nafsu. SATU hal yang tidak boleh dilupakan, yaitu soal pembatal puasa. Secara fiqih, puasa batal karena makan, minum, berhubungan badan, muncul niat berbuka, dan muntah yang disengaja. Namun, puasa juga bisa batal pahalanya jika kita tidak menahan diri dari perbuatan buruk, seperti bergunjing, menyakiti orang, berkata dusata, keji, dan cabul, dan sebagainya. “Puasa bukanlah sekadar menahan dari makan dan minum” HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim. Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah menerangkan “Seorang yang berpuasa adalah orang yang anggota badanya berpuasa dari perbuatan-perbuatan dosa, lisannya berpuasa dari kata dusta, kata keji, dan ucapan palsu, perutnya berpuasa dari makanan dan minuman, kemaluannya berpuasa dari bersetubuh. Bila dia berbicara, tidak berbicara dengan sesuatu yang mencacat puasanya, bila berbuat, tidak berbuat dengan suatu perbuatan yang merusak puasanya, sehingga seluruh ucapannya keluar dalam keadaan baik dan manfaat. “ “Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan dusta, dan pengamalannya, serta amal kebodohan, maka Allah tidak butuh pada amalannya meninggalkan makan dan minumnya. HR. Bukhari. ”Bisa jadi seorang yang berpuasa, bagiannya dari puasanya hanyalah lapar dan dahaga” HR Ibnu Hibban. “Sesungguhnya puasa itu bukan menahan dari makan dan minum saja, hanyalah puasa yang sebenarnya adalah menahan dari laghwu ucapan sia-sia dan rafats ucapan kotor, maka bila seseorang mencacimu atau berbuat tindakan kebodohan kepadamu katakanlah Sesungguhnya aku sedang berpuasa’.” HR Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim. “Janganlah kamu saling mancaci bertengkar mulut sementara kamu sedang berpuasa. Maka bila seseorang mencacimu katakana saja Sesungguhnya saya sedang berpuasa’, dan kalau kamu sedang berdiri maka duduklah.” HR. Ibnu Khuzaimah, Nasa’i, Imam Ahmad. Wallahu a’lam.
Puasabukanlah ibadah biasa. Bukan hanya menahan lapar dan haus. Puasa juga bukan sekedar untuk menahan nafsu duniawi saja. Tedapat sekian banyak makna rahasia dalam puasa. Makna yang hanya bisa dipahami oleh seseorang yang benar-benar tulus mengerjakannya semata-mata karena Allah Saw. Bukan hanya ingin mengahrapkan surga, mencari keselamatan
Kita semua wajib mengetahui juga bahwa hakikat puasa adalah tidak hanya sekedar meninggalkan makan dan minum, akan tetapi Allah telah mensyari’atkan ibadah puasa ini untuk menghasilkan ketaqwaan. Oleh karenanya puasa yang benar adalah puasa dari kemaksiatan dengan meninggalkannya, menjauhinya, menahan diri tidak melakukannya, ini merupakan puasa hati tidak hanya puasa fisik saja. Makna umum dan khusus dari hadits telah menunjukkan apa yang telah kami sampaikan, demikian juga bahwa pendapat para ulama juga telah menjelaskannya. Dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu- berkata “Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ رواه البخاري 1804 “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya”. HR. Bukhari 1804 Dalam hadits lainnya disebutkan Dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu- berkata “Rasulullah –shallallahu alaihi wa sallam- bersabda رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ ، وَرُبَّ قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ رواه أحمد، رقم 8693 “Berapa banyak orang yang berpuasa, hanya mendapatkan dari puasanya rasa lapar dan haus saja, dan berapa banyak orang yang melakukan qiyamullail hanya mendapatkan dari qiyamullailnya terjaga begadang saja.” HR. Ahmad 8693 Para sahabat dan genarasi terdahulu dari umat ini mereka telah bersemangat untuk menjadikan puasa mereka menjadi pensuci diri dan fisik mereka, dan menjadi pembersih dari maksiat dan dosa. Umar bin Khattab –radhiyallahu anhu- telah berkata “Puasa itu tidak hanya dari makan dan minum saja , akan tetapi juga puasa dari kedustaan, kebatilan dan kesia-siaan”. Jabir bin Abdillah Al Anshori berkata “Jika kamu berpuasa, maka hendaklah berpuasa juga pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu dari kedustaan dan dosa. Dan jauhilah menyakiti pembantu, jadikanlah hari berpuasamu penuh ketundukan dan ketenangan, dan janganlah kamu jadikan hari fitri dan hari puasamu sama saja”. Dari Hafshah binti Sirin –beliau adalah wanita alim dari kalangan tabiin- berkata “Puasa itu laksana benteng, selama pelakunya tidak merusaknya, dan perusaknya adalah ghibah”. Dari Maimun bin Mahran berkata “Puasa yang paling mudah adalah meninggalkan makanan dan minuman”. Setelah ini kami tidak heran kalau ada sebagian ulama yang menyatakan bahwa puasa orang yang terjerumus ke dalam kemaksiatan adalah batal, meskipun pendapat yang benar adalah tidak membatalkan puasa, namun bisa dipastikan ketidaksempurnaan puasanya dan menyimpang dari hakekat puasanya. Al Hafidz Ibnu Hajar –rahimahullah- berkata “Ghibah itu membahayakan puasa. Telah dikisahkan dari Aisyah dan menjadi pendapat Imam Auza’i juga berakata “Sungguh ghibah itu membatalkan puasa, dan wajib mengqadha puasa pada hari tersebut.” Sampai-sampai seorang sufi demi menjaga puasanya secara keras dia berkata kepada muridnya “Setiap maksiat yang sengaja dilakukan oleh orang yang berpuasa membatalkan puasanya jika dia mengingat puasanya, baik berupa perbuatan maupun perkataan; berdasarkan keumuman sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- فلا يرفث ولا يجهل “Tidak ada perkataan kotor dan bodoh”. Dan berdasarkan sabda Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- lainnya مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ للهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh jika dia meninggalkan makan dan minumnya”. Fathul Baari 4/104 Salafus sholeh –rahimahullah- berkata “Adapun hal-hal yang diwajibkan kepada kita untuk berpuasa adalah –bisa jadi kalian akan merasa aneh jika saya mengatakan- “Sungguh yang diwajibkan kepada kita untuk berpuasa darinya adalah puasa dari kemaksiatan, manusia wajib berpuasa dari seluruh kemaksiatan; karena inilah yang menjadi tujuan awal berpuasa, berdasarkan firman Allah –Tabaraka wa Ta’ala- يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ سورة البقرة 183 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. QS. Al Baqarah 183 Dia Allah tidak mengatakan “Agar kalian merasa lapar !”, atau “Agar kalian merasa haus !”, atau “Agar kalian menahan diri dari menggauli istri !”, tidak; Dia berkata “Agar kalian bertakwa”. Inilah tujuan utama dari puasa, Nabi –shallallahu alaihi wa sallam- telah merealisasikan hal itu dan menguatkan dengan sabdanya من لم يدع قول الزور والعمل به والجهل فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh jika dia meninggalkan makan dan minumnya”. Jadi, bahwa manusia berpuasa dari kemaksiatan kepada Allah –azza wa jalla- merupakan puasa yang sebenarnya, adapun puasa yang dzahir adalah puasa dari semua yang membatalkan puasa. Menahan diri dari semua yang membatalkan puasa dalam rangka beribadah kepada Allah dari mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari, berdasarkan firman-Nya فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْل سورة البقرة 187 “Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam”. QS. Al Baqarah 187 Inilah puasa yang kami katakan sebagai puasa zahir fisik, puasanya tubuh saja. Adapun puasanya hati adalah tujuan yang utama yaitu puasa dari seluruh kemaksiatan kepada Allah –Azza wa Jalla-. Atas dasar inilah maka, barangsiapa yang berpuasa dengan puasa zahir fisik saja, namun dia tidak berpuasa hati, maka puasanya sangat kurang. Kami tidak mengatakan puasanya batal, akan tetapi yang kami katakan puasanya kurang, sebagaimana yang kami katakan tentang shalat. Tujuan dari shalat adalah khusyu’ dan merasa hina di hadapan Allah –Azza wa Jalla-, shalatnya hati sebelum shalatnya fisik. Namun jika seseorang shalat dengan fisiknya dan belum shalat dengan hatinya, seperti halnya jika hatinya berada di mana-mana, maka shalatnya sangat kurang, akan tetapi tetap sah secara zahir, sah tapi sangat kurang. Demikian juga berpuasa sangat kurang jika seseorang tidak berpuasa dari bermaksiat kepada Allah, akan tetapi tetap sah; karena ibadah di dunia dinilai secara zahir saja”.
PuasaItu Bukan Cuma Sekedar Menahan Lapar dan Dahaga Majid Abana Segaf Mei 12, 2020 Artikel Kita semua wajib mengetahui juga bahwa hakikat puasa adalah tidak hanya sekedar meninggalkan makan dan minum, akan tetapi Allah telah mensyari'atkan ibadah puasa ini untuk menghasilkan ketaqwaan. Puasa ramadhan adalah ibadah wajib yang termasuk dalam rukun islam. Orang-orang yang mengaku dirinya beriman dan meyakini akan rukun islam maka wajib untuk melaksanakan puasa. Puasa ramadhan selama satu bulan memiliki banyak hikmah dan fungsi yang bisa didapatkan oleh kita sebagai dari untuk beribadah kepada Allah, puasa juga berfungsi untuk mengelola hawa nafsu, melatih diri kita untuk tidak terjebak kepada godaan syetan. Maka itu Allah menyampaikan ibadah di bulan puasa mendapatkan pahala yang berlipat ramadhan yang berorientasi untuk mendapatkan kepribadian taqwa, juga memiliki fungsi dalam aspek kesehatan. Yaitu mendetoks racun-racun dalam tubuh. Untuk itu ada sangat banyak fungsi puasa dalam hidup kita, sebagaimana yang telah Allah perintahkan. Berikut adalah penjelasan tentang puasa termasuk mengenai sahur sebagai salah satu proses sebelum menjalankan jugaWaktu Buka PuasaHukum Menyikat Gigi Saat PuasaHukum Belum Membayar Hutang Puasa RamadhanHukum Keramas Saat Puasadoa di bulan RamadhanHukum Mandi Junub Setelah ImsakDalil Tentang Puasa Secara UmumPerintah untuk berpuasa sudah Allah perintahkan baik informasi dalam Al-Quran ataupun dalam Hadist. Untuk itu sifatnya wajib dan tidak boleh untuk tidak dilaksanakan. Mereka yang mengaku sebagai umat islam maka wajib untuk menjalankan perintah Allah tersebut. Berikut adalah dalil-dalil tentang Puasa Ramadhan dan cara pelaksanaanya secara Al-Quran Surat Al-Baqarah 183 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan asas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” Al-Baqarah 183Di dalam Al-Quran dijelaskan bahwa manusia, khususnya mereka yang beriman dan meyakini amal shaleh islam tentunya adalah wajib. Untuk itu, perintah berpuasa juga bukan hanya diturunkan pada ummat nabi Muhammad, melainkan nabi-nabi sebelumnya pun juga berpuasa. Tidak ada alasan bagi umat islam untuk tidak berpuasa. Tentu berdosa bagi mereka yang meninggalkan Mengenai Puasa “Islam didirikan di atas lima sendi, yaitu syahadat tiada sembahan yang haq selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi hajike Baitul Haram” Hadits Muttafaq AlaihDi dalam hadist tersebut dijelaskan bahwa puasa adalah kewajiban dan sebagian dari lima sendi islam. Artinya puasa adalah pondasi juga dalam islam. Barang siapa yang meninggalkannya maka keislamannya akan rapuh dan tidak akan berarti. Hal ini dikarenakan puasa ramadhan berkenaan dengan pengendalian diri dan hawa nafsu manusia. Hal ini seperti rumah yang tanpa pondasi, pohon yang tanpa akar, pasti akan rapuh dan tidak berdaya. Begitupun manusia yang menghilangkan sendi-sendi agama Riwayat Bukhari dan Muslim “Orang yang berpuasa itu meninggalkan syahwat, makan dan minumnya” HR Bukhari dan MuslimDalam hadist tersebut dijelaskan bahwa orang berpuasa meninggalkan syahwat, makan dan minum. Artinya selama berpuasa umat islam tidak diperbolehkan untuk makan, minum, dan juga melakukan hubungan suami istri. Saat berpuasa hal tersebut dilarang atau diharamkan, sedangkan saat setelah berbuka puasa tentu masih tidak hendak menyiksa umatnya, melainkan memberikan solusi di tengah-tengah umat. Solusi islam tentunya bukan solusi yang hanya berlaku pada zaman dulu saja, namun juga secara universal hingga jugaTips Puasa Ramadhan bagi Penderita MaagTips Berpuasa Sambil Bekerja Hikmah Bulan RamadhanTips Puasa Ramadhan untuk Ibu Menyusui Fadhilah Puasa Ramadhan 10 Hari PertamaMelaksanakan Puasa Tanpa SahurDalam sebuah hadist dijelaskan bahwa Rasulullah pernah tidak melaksanakan sahur karena tidak ada makanan apapun. Untuk itu, ia pun berpuasa. Artinya, puasa tanpa sahur bukanlah sesuatu yang dilarang atau tidak diperbolehkan bahkan sampai membatalkan puasa atau bukan termasuk dalam hal-hal yang membatalkan puasa. Sahur juga bukan merupakan rukun puasa ramadhan dan syarat syah puasa memiliki fungsi untuk memberi asupan makanan pada tubuh kita agar saat berpuasa tidak lemas dan tidak lemah hingga waktu buka puasa. Tentu saja puasa bukan untuk menyiksa manusia, melainkan memberikan kesehatan dan juga membuat manusia terdetoks racun-racun dalam tubuhnya. Untuk itu, tidak sahur menjadi tidak masalah asalkan tidak mendzalimi diri sendiri dan masih kuat untuk menjalankan ibadah itu, puasa tanpa sahur bukan dilarang, melainkan dianjurkan untuk sahur saja. Bagaimanapun manusia tetap membutuhkan asupan makanan dan gizi yang seimbang untuk supply menjalankan aktivitasnya. Tanpa itu, maka dipastikan akan lemas dan kurang berenergi. Jika tidak bisa sahur atau terlambat sahur tentu bukan penghalang untuk tidak berpuasa. Sahur bukan syarat sah nya puasa, tetapi akan mendapatkan kelebihan jika memang kita tidak sahur masih diperbolehkan untuk berpuasa, tetapi perlu diingat bahwa makan sahur juga lebih baik daripada tidak sama sekali. Untuk itu Manfaat Sahur Bagi Umat Islam yang berpuasa adalah Menjaga Kestabilan TubuhDengan sahur maka tubuh bisa lebih stabil, karena hitungannya sahur seperti sarapan di hari biasa. Makan sahur juga bisa membuat tubuh lebih fit saat berpuasa, tidak kekurangan asupan dan lebih kuat nantinya ketika menjalankan puasa. Selain itu, dengan sahur kita juga lebih siap menjalankan puasa. Karena, dengan sahur kita harus bangun lebih awal, lebih pagi, dan mempersiapkan diri untuk berpuasa sepanjang hari. Tentunya makanlah sahur dengan Makanan Halal Menurut Islam, Minuman Halal Dalam Islam , bukan makanan haram dalam Energi yang LebihEnergi yang lebih akan hadir jika kita berpuasa dengan makan sahur terlebih dahulu. Makan sahur dengan energi yang lebih, maka akan mudah untuk kita tidak mudah drop atau lemas. Yang jelas makan sahur jangan sampai berlebihan karena makan sahur berlebihan hanya akan membuat kita mengantuk sepanjang hari dan tidak malah menjadi lemas. Untuk itu, makan sahur secukupnya sesuai asupan kebutuhan fisik kita. Dan tentunya jangan sampai makan sahur membuat kita malah terlalu kenyang dan tidak optimal menjalankan aktivitas saat Melakukan Aktifitas di Subuh HariKeuntungan dari makan sahur adalah kita bisa menjalankan aktifitas lebih lama di subuh hari. Karena setelah sahur kita harus shalat subuh. Setelah itu badan kita lebih fit dan lebih bisa menjalankan aktifitas secara optimal ketimbang harus tidur kembali atau masih tidur karena tidak bangun mereka yang tidak berpuasa tentunya sahur tidak perlu dilakukan. Tentu setelah itu harus mengganti puasanya dan dengan niat puasa ganti ramadhan. Selain dari puasa wajib yang memerlukan sahur, ada juga macam-macam puasa sunnah, seperti puasa senin kamis, , keutamaan puasa daud, keutamaan puasa rajab yang bisa dilakukan di waktu selain kita dapat selalu melaksanakan perintah Allah baik yang wajib ataupun yang telah Rasulullah contohkan melalui sunnahnya. Sesungguhnya seorang muslim sejati ialah mereka yang senantiasa menerapkan Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia , Hakikat Penciptaan Manusia , Konsep Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam.
\n\n puasa bukan sekedar menahan lapar
Menahandiri dari segala emosi bukan hanya sekedar menahan haus dan lapar, tetapi di bulan Suci ini, dianjurkan untuk juga menahan godaan diri dari segala bentuk emosi amarah, nafsu, dan emosi yang berlebih, yang dapat menyia-nyiakan kegiatan berpuasa. Puasa sudah pasti lapar. Kalau mau tidak lapar, ya kamu harus menunggu sampai jam berbuka di waktu Maghirb. Sambil menunggu, kamu bisa melakukan cara menahan lapar yang ternyata cukup ampuh, Pastinya bukan makan atau ngemil, ya! Cara menahan lapar saat puasa Puasa yang dilakukan dengan benar dianggap bisa membantu mengelola berat badan, mengurangi peradangan, mengontrol gula darah, dan memberikan berbagai manfaat lainnya. Untuk mendapatkan sejumlah manfaat ini, berikut ini adalah cara agar tidak lapar saat puasa yang dapat dicoba. 1. Konsumsi makanan yang dapat menahan rasa lapar saat puasa Ada sejumlah makanan yang bisa membantu kamu kenyang lebih lama. Nah, konsumsi makanan tersebut kalau mau lebih tahan lapar selama mejalani puasa. Kamu bisa mengonsumsinya sebagai menu sahur di pagi hari. Berikut pilihan makanan yang bisa kamu konsumsi untuk menjaga perut tidak lapar dalam waktu panjang Protein sumber energi telur, daging ayam, daging merah, tahu, dan tempe Karbohidrat kompleks membuat kenyang lebih lama nasi merah, kentang, oat, ubi Buah dan sayur kaya vitamin dan mineral alpukat, pisang, kurma, brokoli, buncis, jagung Lemak tak jenuh membantu menjaga berat badan salmon, minyak zaitun, kacang tanpa garam Dua liter cairan menjaga tubuh terhidrasi air putih, air kelapa, sup. Hindari makanan yang kurang mengandung nutrisi, seperti mie instan. Makanan ini hanya akan membuat tubuh lemah, lelah, hingga lapar di siang hari bisa menghantui saat menjalani puasa. Atas dasar inilah, mengonsumsi berbagai makanan bergizi tinggi saat buka, sahur, dan di malam harinya merupakan cara menahan lapar saat puasa yang sangat direkomendasikan. 2. Mencukupi kebutuhan cairan harian Agar tidak cepat haus saat menjalankan ibadah puasa, kamu perlu memenuhi kebutuhan cairan di luar waktu puasa. Dehidrasi karena kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi dapat menyebabkan kram otot, sakit kepala, dan memperburuk rasa lapar. Jadi, cobalah untuk mengonsumsi dua liter cairan secara berkala di antara waktu berbuka hingga sahur. Kamu juga bisa minum air putih, teh, atau sup sebagai cara agar tidak lapar saat puasa. 3. Porsi makan yang cukup Cara agar tidak lapar saat puasa lainnya mengonsumsi porsi makan yang cukup saat berbuka dan sahur. Dengan mengonsumsi makanan dalam porsi yang cukup, kebutuhan nutrisi bisa terpenuhi dengan baik. Di samping itu, kamu mungkin ingin menurunkan berat badan sehingga memaksakan diri untuk mengonsumsi sedikit makanan saja pada waktu berbuka hingga sahur. Akan lebih baik jika kamu meninggalkan kebiasaan ini dulu. Hal ini akan membuat kamu kekurangan nutrisi yang bisa memengaruhi fungsi organ tubuh dan bahkan menghambat kinerja otak selama berpuasa. 4. Berolahraga di waktu yang tepat Memilih waktu olahraga yang tepat dapat menjadi cara menahan lapar dan haus saat puasa. Olahraga ringan saat puasa dapat membuat tubuh bugar dan menjaga kondisi fisik dalam keadaan prima. Cobalah untuk berolahraga ringan, seperti jalan kaki, bersepeda, atau jogging, sekitar satu jam sebelum berbuka atau beberapa jam setelah berbuka. Jangan berolahraga berat di siang hari, apalagi dalam kondisi hari panas. Sebagian orang mungkin dapat melakukannya, tapi kebanyakan orang umumnya merasa kepayahan dan tidak dapat menahan puasanya setelah berolahraga berat. 5. Alihkan rasa lapar dengan melakukan kesibukan lain Cobalah untuk mengalihkan pikiran Anda dengan mengerjakan sesuatu sebagai cara menahan lapar saat puasa. Misalnya, mengerjakan pekerjaan rumah tangga, berkebun, atau pekerjaan kantor yang tertunda. Bukan rahasia lagi jika larut dalam pekerjaan kerap membuat seseorang lupa akan waktu. Jadi, jangan lagi menjadikan puasa sebagai alasan untuk bermalas-malasan. Dengan mengerjakan sesuatu, waktu bisa terasa cepat berlalu dan kamu pun tidak mudah tergoda dengan rasa lapar dan haus. 6. Mengelola stres dengan baik Tanpa disadari, stres akan membuat kamu mudah lapar dan ingin mengonsumsi sesuatu. Tubuh juga akan menagih makanan atau minuman manis saat stres. Sayangnya, hal tersebut akan cukup merugikan jika terjadi saat menjalani puasa. Hal yang bisa kamu lakukan adalah mengelola stres dengan baik. Lakukan teknik pernapasan saat mengalami sesuatu yang membuat tubuh tegang. Tidak ada salahnya, kamu juga berjalan kaki sejenak untuk meredakan stres tersebut. 7. Istirahat yang cukup Istirahat yang cukup akan membantu menahan lapar lebih baik keesokan harinya. Selama bulan Ramadan cobalah untuk tidur lebih cepat dibandingkan biasanya. Tidur yang cukup membuat tubuh memiliki banyak energi untuk beraktivitas dan mencegah mood swing yang bisa memengaruhi keinginan untuk makan. Untuk hasil yang optimal, kamu bisa mengatur pola tidur agar bisa istirahat dan bangun di jam yang sama setiap harinya selama menjalan ibadah puasa. Kamu juga bisa beristirahat pada siang hari untuk mengembalikan energi dan menunda lapar. Namun, sebaiknya kamu tidak tidur terlalu lama, ya! Baca juga Cara Mengatasi Marah Saat Puasa supaya Ibadahnya Berfaedah Itulah cara agar tidak lapar saat puasa yang dapat Anda terapkan. Jika Anda memiliki kondisi kesehatan khusus, seperti hamil, menyusui, sedang sakit berat, atau memiliki gangguan makan, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter sebelum mencoba berpuasa dan mendapatkan manfaatnya. Sebab, kelompok-kelompok ini termasuk rentan dan memerlukan makan secara teratur untuk menjaga kondisi kesehatannya. Jika Anda punya pertanyaan seputar puasa sehat, Anda bisa bertanya langsung dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ secara gratis. Unduh aplikasi SehatQ sekarang di App Store atau Google Play. Puasabukan hanya menahan haus dan lapar, sebab jika hanya menahan haus dan lapar semata, maka kita hanya akan terjebak pada aspek dimensi fisik belaka. Padahal puasa merupakan salah satu ibadah wajib yang lebih condong pada aspek dimensi kejiwaan atau lebih tepatnya meliputi dimensi fisik dan kejiwaan.
Makanan 1 by Ist PUASA bukan hanya soal menahan lapar saja. Tapi juga menahan atau mengendalikan segala emosi dan hawa nafsu. Juga ada tindakan nyata untuk berbuat baik pada sesama. “Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. Bukan. Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri. Yes 584,6-7. Sikap apa yang hendak aku ubah atau kendalikan selama puasa? Tindakan baik apa yang akan aku lakukan hari ini dan esok?
ImamBaidhowi juga mengatakan tujuan dari disyariatkannya puasa bukan hanya sekedar menahan haus dan lapar, melainkan membantu kita untuk memecah keinginan nafsu dan mengganti dari mengikuti nafsu ammarah beralih mengikuti nafsu mutmainnah Memang ada perbedaan pendapat mengenai apa itu nafsu mutmainnah, dan penulis tidak akan membahasnya disini. loading... Sementara puasa paling khusus adalah menahan hati agar tidak mendekati kehinaan, memikirkan dunia, dan memikirkan selain Allah SWT. Untuk puasa yang ketiga ini shaumu khususil khusus disebut batal bila terlintas dalam hati pikiran selain Allah SWT dan hari tingkatan ini disusun berdasarkan sifat orang yang mengerjakan puasa. Ada orang puasa hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi perbuatan maksiat tetap dilakukannya. Inilah puasa orang umumnya, mereka mendefenisikan puasa sebatas menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa secara awam dianggap sebagai gerbangnya puasa. Untuk mencapai tingkat puasa khusus, muslim harus melalui puasa awam terlebih puasa selanjutnya adalah puasa khusus. Puasanya orang-orang saleh. Mereka lebih maju dibandingkan orang awam, sebab mereka paham bahwa puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri dari melakukan memperhatikan aspek fisik, puasa khusus juga berusaha mencegah pandangan, penglihatan, lidah, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya dari perbuatan berpuasa, bila masih terus melakukan maksiat. Karenanya, kelompok ini menilai maksiat menjadi pembatal yang berada pada tingkat khusus memiliki kesadaran untuk selalu menahan keinginan-keinginan lahiriah yang berupa anggota-anggota badan dengan kenikmatan yang diinginkan oleh anggota tersebut. Tujuan untuk menemukan kenikmatan yang sebenarnya adalah ketenangan batin. Baca Juga Menurut Imam Ghazali, pada hakikatnya puasa sebagai media untuk bisa dekat dengan Allah SWT dan hal tersebut benar-benar berfungsi apabila orang yang melaksanakan puasa dilandasi oleh kemauan yang kuat dan motivasi untuk berada sedekat mungkin dengan Allah melalui cara mengalahkan keinginan-keinginan yang bersifat puasa yang terakhir adalah puasa khususul khusus atau puasa paling khusus. Puasa model ini hanya dikerjakan oleh orang-orang tertentu. Hanya sedikit orang yang sampai pada tahap ini. Pasalnya, selain menahan lapar dan haus dan menahan diri untuk tidak bermaksiat, mereka juga memfokuskan pikirannya untuk selalu mengingat Allah pikiran selain Allah SWT dan pikiran terhadap dunia dianggap merusak dan membatalkan khususul khusus hanya bisa dicapai oleh anbiya para Nabi, shiddiqin, serta auliya’. Umat Islam yang ingin sampai pada tahap ini harus melalui dua tahap puasa yang sebelumnya. Pada tingkat khususul khusus, kesadaran untuk menahan nafsu tidak hanya sampai pada batas lahiriah namun juga sampai pada hati dan tingkatan ini, kita mengetahui bahwa ibadah puasa merupakan kesempatan terbesar untuk melatih diri kita supaya lebih baik dari sebelumnya. mhy
PuasaBukan Sekedar Menagan Lapar dan Dahaga "Betapa banyak orang puasa, bagian dari puasanya (hanya) lapar dan dahaga" (HR Ahmad) Hadist di atas menunjukkan bahwa puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga. Puasa menjadi proses ibadah dan menyerahkan kita untuk lebih taat atau taqwa kepada Allah.
Puasa Tidak Sekedar Menahan Haus dan Lapar, Ini Manfaat dan Tujuannya Ilustrasi puasa. foto healthlineMengenali tujuan dan hikmah ibadah yang dikerjakan penting untuk memotivasi diri agar bersungguh-sungguh dalam ibadah kepada Allah. Meskipun tidak semua ibadah disebutkan hikmah dan manfaatnya secara langsung dalam al-Qur’an dan hadis. Tapi paling tidak kita bisa mengetahuinya dari hasil pemikiran dan pengalaman para ulama. Ibadah puasa misalnya, ada banyak ulama yang menuliskan rahasia dan manfaatnya, di antaranya Izzuddin bin Abdul Salam. Beliau menulis manfaat puasa dalam kitab Maqashid al-Shaum. Ada delapan manfaat puasa yang beliau sebutkan dalam kitab itu, beliau mengatakan“Puasa memiliki beberapa faidah meningkatkan kualitas iman, menghapus kesalahan, mengendalikan syahwat, memperbanyak sedekah, menyempurnakan ketaatan, meningkatkan rasa syukur, dan mencegah diri dari perbuatan maksiat”.Bulan Ramadhan merupakan wadah untuk memperbaiki kualitas keimanan dan ketakwaan. Pada bulan tersebut dibuka pintu ampunan dan kebaikan seluas-luasnya. Dalam hadis, Rasulullah mengatakan, “Bila bulan Ramadhan telah datang, pintu surga dibuka, pintu negara ditutup, dan setan dibelenggu” HR Bukhari.Selain ajang peningkatan iman dan takwa, puasa juga dapat menghapus dosa manusia. Rasulullah SAW berkata, “Siapa yang puasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan, maka dosanya diampuni” HR Bukhari. Puasa juga dapat difungsikan sebagai latihan mengendalikan syahwat, sebab syahwat sangat mudah dikendalikan dalam kondisi lapar. Pada saat lapar, pikiran manusia hanya tertuju pada makan dan minum. Dalam situasi seperti ini, hasrat untuk melakukan aktifitas lain atau maksiat dapat kondisi lapar juga, manusia biasanya ingat dan sadar begitu berharganya nikmat Tuhan, walaupun sekilas terlihat sedikit. Melalui ibadah puasa, manusia bisa merasakan kelaparan dan rasa haus yang dirasakan oleh orang-orang miskin. Sehingga dengan perasaan tersebut mereka terdorong untuk memperbanyak kita puasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar, tetapi dapat menjalankannya dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan hasil yang baik dan diberi pahala oleh Allah SWT.
DnnLNH.
  • w6ku0nkwcm.pages.dev/22
  • w6ku0nkwcm.pages.dev/220
  • w6ku0nkwcm.pages.dev/226
  • w6ku0nkwcm.pages.dev/377
  • w6ku0nkwcm.pages.dev/255
  • w6ku0nkwcm.pages.dev/311
  • w6ku0nkwcm.pages.dev/139
  • w6ku0nkwcm.pages.dev/314
  • w6ku0nkwcm.pages.dev/256
  • puasa bukan sekedar menahan lapar